Pada Kesempatan kali ini , saya ingin menyimpulkan kedudukan saya dalam mengimplementaskan budaya positif di sekolah dengan menerapkan hal-hal penting yang telah dipelajari dalam Modul Budaya Positif. Hal-hal penting tersebut yaitu disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi.
Kedudukan saya sebagai percontohan serta memfasilitasi dalam
menciptakan budaya positif di sekolah adalah sangat penting. Saya harus
memahami pengertian disiplin positif untuk mengubah praktik pendekatan otoriter
dengan praktik pendekatan yang membangun, mengarahkan perilaku positif, dan
memberikan penghargaan yang sesuai. Teori kontrol membantu saya mengenali dan
memahami bahwa pilihan yang tepat dan teratur dalam memberikan hukuman dan
penghargaan dapat mempengaruhi perilaku murid.
Ketika posisi kontrol restitusi diaplikasikan, saya tahu
bahwa mengajak murid untuk berempati dan merasakan hasil dari tindakan mereka
dapat menjadi langkah efektif dalam mengajarkan tanggung jawab dan belajar dari
kesalahan. Saya juga memahami pentingnya keyakinan kelas yang positif untuk
menciptakan lingkungan yang mendukung belajar dan tumbuh kembang murid.
Pelaksanaan segitiga restitusi membantu saya menyelesaikan
masalah dan konflik dengan murid secara membangun, menjaga hubungan yang baik,
dan mengajarkan nilai-nilai resolusi konflik yang sehat.
Setelah mempelajari modul ini, pemikiran saya berubah
secara menyeluruh dalam mempraktikkan budaya positif di kelas dan sekolah. Saya
lebih menyadari bahwa pendekatan yang menghargai dan mendukung pertumbuhan
murid adalah intinya, bukan hanya fokus pada sanksi atau hukuman. Saya juga
lebih terbuka untuk mencari solusi kreatif dalam menghadapi tantangan dalam
menciptakan budaya positif.
Pengalaman saya terkait penerapan konsep-konsep inti dalam
modul Budaya Positif bervariasi. Beberapa tantangan muncul terutama dalam
mengatasi perilaku yang tidak sesuai dan mencari cara yang terbaik dalam
memberikan hukuman atau sanksi yang mendidik tanpa melukai keyakinan diri
murid. Namun, ada juga suatu kondisi yang sangat memuaskan ketika melihat
perubahan positif dalam perilaku dan hubungan murid akibat penerapan pendekatan
yang lebih positif dan mendukung.
Sebelum mempelajari modul ini, saya masih sering
menggunakan posisi kontrol otoriter, dan kadang-kadang merasa frustasi dan
tidak efektif ketika menghadapi perilaku yang diluar kendali. Namun, setelah
memahami nilai-nilai dalam modul ini, saya cenderung lebih menggunakan
pendekatan yang berpusat pada segitiga restitusi dan mempertimbangkan cara-cara
yang lebih terarah untuk memberikan penghargaan dan hukuman yang relevan.
Dalam penerapannya, saya pernah mencoba segitiga restitusi
ketika menghadapi masalah dengan murid. Saya menggunakan pendekatan ini untuk
membantu murid memahami akibat dari tindakan mereka dan berpartisipasi dalam
mencari solusi yang baik bagi semua pihak terlibat. Tahap-tahap segitiga
restitusi yang saya praktekkan adalah mengidentifikasi perasaan dan kebutuhan,
mengajak murid untuk berempati, dan mencari solusi bersama.
Selain pemikiran-pemikiran yang disampaikan dalam modul
ini, hal-hal lain yang menurut saya penting untuk dipelajari dalam menciptakan
budaya positif di lingkungan kelas maupun sekolah adalah kemampuan untuk
membangun hubungan empati yang kuat dengan murid, strategi efektif dalam
membangun komunitas belajar yang inklusif, dan keterampilan komunikasi yang
positif dengan semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan.






.png)
0 comments:
Posting Komentar