Menciptakan Budaya
Positif di Sekolah
Menbudayakan budaya positif di sekolah menjadi tugas yang tidak mudah. Hal ini menjadi sangat penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan siswa secara optimal. Setelah belajar poin-poin penting dalam Modul Budaya Positif, seperti disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi, saya dapat terwujud.
Saya memahami
pentingnya menggunakan pendekatan yang lebih tertuju pada pembelajaran dan
pemahaman alih-alih hanya memberikan hukuman. Beberapa materi tentang teori
motivasi memberi saya bantuan untuk menyadari bahwa penghargaan dan hukuman
yang tepat dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk berperilaku baik. Adapaun ,
teori kontrol dan posisi kontrol restitusi membantu saya memahami pentingnya
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki kesalahan mereka dan
belajar dari konsekuensi dari tindakan mereka, Serta dapat memilih posisi mana
yang paling efektif.
Filosofi
Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran Guru Penggerak, serta
Visi Guru Penggerak, memberikan pemahaman kepada saya tentang pentingnya peran
guru sebagai penggerak perubahan dan inspirator bagi siswa. Keyakinan kelas
juga menjadi hal menarik karena memahami bahwa keyakinan guru terhadap
kemampuan siswa akan mempengaruhi hasil kerja mereka.
Pemahaman saya
tentang bagaimana menciptakan budaya positif banyak mengalami perubahan yang
terlihat. Saya menyadari bahwa pendekatan yang bertujuan pada pemahaman,
memberikan konsekuensi yang mendidik, dan membangun hubungan positif dengan
siswa dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran dan membangun suituasi
belajar yang aman dan menyenangkan. Saya menyadari bahwa ketika materi ini
diterapkan secara berkelanjutan, siswa merespons lebih baik dan lebih mau
membuka diri terhadap pembelajaran. Namun, fleksibilitas juga diperlukan karena
setiap siswa memiliki kebutuhan dan karakteristik yang berbeda.
Dalam
interaksi dengan murid, sebelum mempelajari modul ini, saya banyak berada pada
posisi otoriter yang mengharuskan anak mengikuti keinginan saya. Setelah
memahami konsep-konsep pada materi budaya positif, saya lebih cenderung
menggunakan posisi kontrol restitusi, yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk memperbaiki kesalahan mereka dan belajar dari pengalaman.
Segitiga
restitusi adalah alat yang sangat berguna dalam mengatasi masalah siswa. Saya
telah menerapkannya dengan memahami duduk permasalahan. Percaya bahwa penting
bagi pendidik untuk belajar tentang pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
siswa, strategi pengelolaan kelas yang efektif, dan kemampuan komunikasi yang
baik dengan siswa, rekan kerja, dan orang tua. Semua aspek ini sangat relevan
dalam menciptakan budaya positif yang inklusif dan mendukung pembelajaran
holistik.
Adapaun, menciptakan budaya positif di sekolah melibatkan pemahaman dan penerapan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, teori motivasi dan kontrol, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi.






.png)
0 comments:
Posting Komentar